by diwang (030111)
Terkadang kita sebagai fotografer, sering tidak memperhatikan dan memenuhi hal-hal penting dalam aspek fotografi, sehingga terkadang timbul kekecewaan dengan hasil foto itu sendiri, baik itu bagi diri pribadi si fotografer ataupun klien yang membayar kita untuk memoto. Masih banyak yang belum bisa membedakan, mana itu foto komersil, mana itu foto konsep dan mana itu foto improvisasi.
Bedakan antara foto komersil, konsep dan improvisasi. Apabila kita memang dibayar untuk menghasilkan karya foto, sebaiknya kita harus memikirikan konsep karena foto yang kita hasilkan adalah bersifat komersil. Persiapkan segala faktor-faktor pendukung untuk tema foto yang akan dihasilkan. Konsep angle-angle yang akan kita ambil dari objek. Persiapkan juga untuk menghasilkan mutu hasil foto yang terbaik, misalnya memperhatikan pencahayaan, lingkungan tempat kita memoto (apakah layak dijadikan background atau tidak, nyaman atau tidaknya objek dan kita sendiri yang memoto) dan juga orang-orang yang ada disekitar kita (apakah bisa diajak kerjasama atau tidak). Kita bisa saja ber-improvisasi dalam hal ini, tapi sebaiknya utamakan dulu yang sudah terkonsep.
Sementara pengertian foto konsep itu sendiri, tidak melulu komersil. Dalam kita membuat portfolio foto atau sekedar koleksi pribadi, kita memang sebaiknya punya konsep. Bagaimana caranya agar foto itu dapat ’berbicara’. Dengan artian, apabila orang melihat hasil foto kita, mereka langsung dapat memahami apa makna yang terkandung dalam hasil foto kita itu tanpa perlu kita menjelaskan panjang-lebar tentang maksud dari foto yang kita hasilkan. Memang terkadang mustahil, karena tidak semua orang bisa langsung memahami makna sebuah karya fotografi. Namun itu semua patut dicoba dan itulah perlunya sebuah konsep.
Satu lagi contoh foto konsep adalah foto pernikahan. Kita sebagai fotografer pernikahan, tak boleh asal-asalan dalam meliput sebuah acara pernikahan. Kalau tidak terkonsep, bisa-bisa klien ngamuk dan tidak membayar kita. Untuk itu, kita harus punya konsep dalam meliput foto untuk pernikahan. Biasanya, fotografer untuk pernikahan itu minimal ada 2 orang. Yang satu bertugas untuk meliput kegiatan resmi dalam sebuah acara pernikahan, sementara yang satu lagi sebagai fotografer improvisasi atau juga dikenal sebagai fotografer candid. Mereka ini harus bertanggung jawab menghasilkan foto-foto sesuai dengan posisi mereka, namun tak menutup kemungkinan mereka berganti posisi. Yang utama, semua kegiatan dalam acara pernikahan itu dapat diliput semuanya. Nha…apabila fotografer pernikahan itu single fighter alias main sendirian (seperti saya…hehehe), ingat…ingat…liput foto-foto acara yang sudah dikonsep dulu (yang utama), baru kalau ada kesempatan silakan ber-improvisasi.
Kemudian untuk foto improvisasi, ini adalah sekedar memenuhi rasa keingintahuan kita sebagai fotografer. Improvisasi atau bekerja sesuai dengan apa yang terlintas dalam pikiran kita (begitu mungkin kira-kira artinya…), adalah suatu hal yang terkadang dapat menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan. Fotografer dengan paham improvisasi, biasanya tak begitu perlu dengan yang namanya konsep. Apa yang ada di benaknya, itulah yang akan coba dia hasilkan. Yang penting bagaimana dia bisa menghasilkan karya yang sedap dipandang mata. Biasanya juga, mereka-mereka ini akan bermain di olah digital fotografi supaya foto yang mereka hasilkan lebih paten.
Jadi itulah menurut saya, tiga faktor dalam fotografi yang harus kita perhatikan. Agar kita pun puas, klien yang membayar kita pun juga PUAS dengan foto yang kita hasilkan.
So, semoga bermanfaat…lanjut terus bakat fotografimu. Keep up the good work…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DIMOHON DENGAN SANGAT...komentar Anda harus berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter. Terima kasih atas perhatiannya.