by diwang (060211)
Bermimpi pastilah berbeda dengan memiliki impian. Bermimpi itu bisa punya konotasi yang sangat luas sekali. Bermimpi itu bisa jadi merupakan bunga tidur atau sekedar khayalan atau memiliki suatu keinginan yang menurutnya tak mungkin dapat tercapai sehingga menjadi sebuah ’utopi’. Kalau hanya bermimpi dan takut untuk dapat melaksanakannya dan mewujudkannya, itu hanyalah sebuah impian yang buntut-buntutnya bisa menimbulkan sebuah rasa iri apabila ada orang lain yang dapat mewujudkannya.
Tapi lain ceritanya kalau kita ’memiliki impian’. Memiliki impian (bisa) berarti suatu saat, baik dalam waktu dekat atau masih lama, pasti dapat diwujudkan dengan melakukan sedaya-upaya dan usaha yang bisa memungkinkan untuk mewujudkan impian tersebut. Misalnya, seorang anggota MLM, mendaftar menjadi anggota, mengikuti seminar motivasi, menawarkan dan menjual produk yang ditawarkan perusahaan MLM tersebut dan juga merekrut downline serta membinanya, tak lain dan tak bukan adalah untuk mencapai mimpi, salahsatunya dengan memiliki penghasilan sebesar-besarnya dan menjadi ’leader’ serta ’motivator’ yang mumpuni dan tangguh.
Nah, memiliki impian yang penulis sampaikan disini adalah bagaimana Anda bisa mewujudkan impian Anda sebagai seorang fotografer.
Menjadi seorang fotografer, pastinya pertama sekali memang Anda harus memiliki minat di bidang fotografi. Seorang petani misalnya, belum tentu memiliki impian menjadi seorang fotografer. Impian dia adalah menjadi seorang petani yang handal dan tangguh yang dapat menggarap lahan pertanian dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memproduksi hasil pertanian yang sebesar-besarnya. Tapi bukan tidak mungkin, seorang petani bisa memiliki keinginan menjadi seorang fotografer, kalau memang dia memiliki minat yang besar pada dunia fotografi. Bisa saja profesinya sebagai petani adalah sebagai batu loncatan untuk bisa sukses dan kelak bisa menjadikannya seorang fotografer. Memang sekilas lucu dan absurd permisalan ini, tapi...jangan salah, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Semua bisa terjadi jikalau kita memang memiliki kemauan yang keras untuk bisa mewujudkannya.
(Kodak Eastman)
(Ricoh Pocket Camera)
(Pentax Z10)
(Fuji Pocket Camera)
Penulis pribadi juga tak pernah bermimpi menjadi seorang fotografer. Memang sejak SMP, penulis sudah suka dengan yang namanya foto. Dari yang namanya foto dengan memakai kamera Kodak jadul (Eastman-Extra) berbentuk persegi panjang dengan rol film yang khusus, kemudian memakai kamera pocket merek RICOH sampai kamera SLR merek PENTAX Z10 (semi otomatis) punya bapaknya, sampai bela-belain membeli kamera pocket sendiri merek FUJI sudah pernah dijajal penulis untuk menyalurkan hobinya memotret. Tapi itu hanya sekedar keingin untuk mendokumentasikan momen-momen spesial pribadinya bersama keluarga dan teman-temannya. Penulis akhirnya lebih meniti karir sebagai penyiar Radio. Tapi, sejak mampu memiliki sebuah kamera DSLR Canon EOS 400D andalannya, penulis memutuskan untuk lebih mewujudkan hobinya sebagai seorang fotografer...dan impiannya menjadi fotografer yang handal. Itu saja...
So, dari impian menjadi kenyataan. Itulah yang coba diwujudkan Penulis untuk bisa lebih melengkapi kehidupannya. Diawali dari hobi dan mimpi Penulis, kini akhirnya juga bisa memenuhi kehidupan keluarga dari usaha sampingan menjadi seorang fotografer. Walaupun dengan alat pendukung yang masih seadanya.
Berhenti bermimpi dan mulailah beraksi. Memiliki impian boleh-boleh saja, tapi jangan hanya dijadikan mimpi doang, mulailah beraksi dengan berusaha untuk mewujudkannya. Bisa membeli perangkat kamera (DSLR), belum cukup untuk bisa dikatakan telah mewujudkan impian menjadi seorang fotografer. Membeli itu gampang, tetapi memanfaatkannya untuk hal-hal positif dan menguntungkan...belum tentu segampang itu.
Seorang fotografer wedding yang pernah saya kenal disebuah acara wedding saudara sepupu Penulis (kebetulan Penulis, secara pribadi, juga ikut memotret di acara tersebut), masih memakai kamera NIKON dengan menggunakan rol film. Sudah puluhan tahun dia menekuni usahanya, bahkan kamera yang digunakan merupakan warisan turun-temurun dari kakeknya ke bapaknya, dari bapaknya akhirnya ke dia. Hasil fotonya luar biasa bagus dan dari tiap rol filmnya tidak ada cacat. Jujur saja, Penulis sempat jatuh mentalnya ketika melihat hasil foto yang diambil dengan kamera jadul itu, murni tanpa editan. Sementara Penulis yang sudah memakai kamera yang lebih canggih, namun hasil fotonya masih jauh di bawah rata-rata (hehehe…malu aku malu…).
Hal inilah yang memacu semangat Penulis untuk lebih mendalami dunia fotografi. Belajar fotografi dari internet, buku-buku/májala tentang tips & trik fotografi, ikut kelas diskusi fotografi sampai memberanikan diri ikut ajang hunting foto akbar dimana itu merupakan tempat berkumpulnya fotografer-fotografer handal yang hadir lengkap dengan alat-alat fotografi canggih yang bisa bikin ngiler dan membuat mental fotografer pemula jadi nge-drop. Walau tidak menang, tapi pengalaman berharga bisa didapat.
Kesimpulannya, jangan sia-siakan impianmu. Jangan hanya bisa mempunyai alat pendukung saja, tapi impian tak pernah diwujudkan. Jangan hanya bermimpi punya alat-alat yang canggih, tapi kemampuan meng-eksplor masih segitu-segitu aja. Jangan hanya ikut belajar fotografi, tapi takut mengaplikasikan ilmunya. Dan jangan hanya melongo melihat teman-teman fotografer lain bisa sukses menangguk untung, tapi kita masih berkutat dengan hobi sendiri sementara ketika ditawari untuk jadi fotografer komersil menolak karena belum merasa percaya diri. Jangan hanya berani bermimpi, tapi berusahalah untuk mewujudkan impianmu. Stop dreaming, start action...!!!
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang salah dalam tulisan ini. Saran, kritik dan komennya ditunggu di : dyan.diwangkoro@yahoo.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DIMOHON DENGAN SANGAT...komentar Anda harus berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter. Terima kasih atas perhatiannya.